***
delapan penjuru bersua satu waktu
membawa pesan harapan mulia di negeri para ibu
diantara taburan bunga masa penjajahan pilu
lentera impian redup di pekat sejarah kelabu
dia sang perempuan
berurai airmata perkasa perjuangan
mengais keterpurukan nilai atas kuasa kaum lelaki
setara seirama sehati
pada derajat diterjang tradisi
pertanyakan nafas kodrat Ilahi
akan aurat gelap yang menyesatkan
pada surya terang nan mencerahkan
tak bolehkah perempuan menjadi sang matahari? yang impikan raih kebebasan mulia
menerangi rahim rahim terbuka
menuntun pada jalan setara
putuskan tali kekangan jajahan masa
bangunkan tidur sejak masa lama
jejakkan kaki pada tanah tanah bercahaya
menghirup nafas kebebasan di negeri leluhur tetua
suaranya lantang menyapu dahan kering cemara
jemari lentiknya meracik jiwa jiwa kokoh di kemudian masa
semangatnya bangunkan nina bobok srikandi dari lelap panjangnya
bertarung dalam rimba diskriminasi yang lekat mendera
hingga menyambut masa yang tlah tiba
engkau bukan hanya kecil lentera
kaulah inspirasi perempuan nusantara
menguak kabut tebal penjajahan sosial realita
menghela garis garis keras sepanjang hidupnya
bangkitkan ruh semangat kesetaraan insan wanita
yang lama bersemayam dalam derita keranda
dan di hari ini
namamu kian terpahat dalam sanubari
atas mulia cahaya emansipasi
yang terangnya akan bersinar abadi
di relung terdalam hati generasi
hanya padamu kartini, sang matahari ***
“Habis Gelap Terbitlah Terang”Selamat Memperingati Hari Kartini. Majulah Perempuan Indonesia
***
Jakarta 20 April 2014
Ganendra
Gambar
IlustrasiPuisi ini ditayangkan juga di Kompasiana
Belum ada tanggapan untuk "Perempuan Matahari"
Posting Komentar