***
dinda
nan mempesona
wajah muda paras belia
potret generasi emas ceria
aah dinda
tak disangka tak dinyana
perilakumu menampar siapa saja
miringnya moral berbudaya
peradaban timur yang teragung mulia
terlupa
ketinggalan masa
terpikir dirimu adalah potret sebenarnya
paras bertopeng kita yang mengaku bersahaja
yang kibarkan bangga bahwa kita adalah sang dewa
aah dinda
telunjuk jari menghunjammu benak kepala
sabdakan bahwa kau generasi hina
tak punya tatakrama
asingkan tepa slira
merusak tatanan sosial etika
pada mereka
pada budaya agung mulia
para wibawa orang tua
empat jemari menunjuk ke muka
bahwa ada gumpalan masalah sedang mendera
pada tubuh jiwa muda
pada hati kami yang renta
pada relung sanubari kita semua
terbersit segumpal tanya
seperti apakah hati yang kita punya?
masihkah mengenal diri kita siapa?
lakumu
tabiatmu
karaktermu
kata kata manismu
kalimat tajam tusukanmu
adalah rupaku
adalah sosok hatiku
rupaku yang terbungkus rasa malu
hatiku yang terlena buaian janji semu waktu
yang mengendap tersembunyi sekian tahun ribu
aah dinda
dirimu mempesona
wajah muda nan belia
potret generasi emas ceria
terima kasih cerminnya
***
Jakarta - 17 April 2014
Ganendra
Puisi ini ditayangkan juga di akun pribadi di Kompasiana
Belum ada tanggapan untuk "Cermin Dinda"
Posting Komentar