*****
angin genit meretas wajah wajah bedak merona
pada paras rembulan nan pucat merana
diantara celah celah remang cahaya jelita redupnya
jajakan rempah rempah cinta nan membara
pada dia
pada mereka
para pria pemburu nikmat semata
pada pesona semu
pada gincu itu
menggoda merayu
peluh pilu
tawarkan nikmat sendu
keringat yang mengalir tidaklah beralas ikhlas
lampiasan pupusnya harapan yang terenggut kehidupan buas
bergulat perih demi pertahankan utasan nafas
dibawah cibiran dan makian yang semakin deras
dari mereka yang berhati serigala culas
perempuan gincu malam
yang merenda tepian remang temaram
teteskan peluh mengais rejeki di sepanjang waktu tilam
tawarkan mulusnya pesona tubuh nafsu jahanam
enggan, namun tiada pilihan tak kelam
pasrah pada legam nasib yang menghantam
yang kian mencengkeram
atas laju kehidupan nan muram
perempuan malang
berjibaku mengarungi dunia garang
demi buah hati sang lentera bintang
pada putri semata wayang
yang menunggu belaian kasih sayang
yang menanti pelukan kala gelap menjelang
hati tersisih
rela teteskan pedih
ikhlas tersayat sayat perih
demi belia yang merintih
adakah asa itu masih?
***
Jakarta 7 Februari 2014
Ganendra
Belum ada tanggapan untuk "Malam Bergincu"
Posting Komentar