Kasta Debu

****

pada rumput di sela
keluhkan rasa
akan sebuah ungkap takjub keberadaannya
yang ulet meliuk gemulai sapa hembusan badai senja
yang bertahan kala kemarau merajuk terik dahaga
yang karam kala hujan banjir menyapu jengkal tumbuhnya

mengapa dirimu damai senantiasa?
dimana pun engkau suka
apapun kondisi mendera
di hamparan tubuh tanah lapang griya
pada kaki kaki pantai lautan samudera
pada lambung oase gurun sahara
di bahu gedung gedung angkuh pusat kota

selalu setia rasa
nikmati hangat terik sang baskara
mereguk nikmat tetesan air sang hujan dewa
bercumbu sapa rembulan purnama kala malam kuasa

kamu akan ada
menghuni hamparan bawah kasta
pada kulit bumi yang tak pernah mendua

koloni akar rumput di kolong kolong kota

pada jelata yang bertahan kerasnya badai hidup menerpa
silih berganti mereguk derita perjalanan waktu masa
engkau ada
menopang kaki kaki sang kaya
tersandarkan bahu bahu kosmopolitan kota
yang kian menua usia
yang kabur akan nasib nanti seperti apa

engkau proletar kasta
penguasa debu jalanan kota yang tak lagi muda
yang kukuh berjuang berupaya
pada takdir yang digariskan pencipta
menikmati segala apa adanya
dibawah bayang bayang sarat beban renta

pupus sirna segala asa

yang harapkan pada sang penguasa

para pengayom kasta jelata
seperti janji janji yang pernah didengarnya
seperti sumpah suci yang pernah fasih dilafalkan mulut mereka
kapankah pahlawan itu kembali ada?
yang mengubah takdir para rumput jelata
kaum kasta debu debu kota

****

Jakarta - 8 Februari 2014

Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Tweet

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari My Poetry . Berlangganan melalui email sekarang juga:

Atau sobat juga bisa follow My Poetry dengan mengklik tombol di bawah ini:

Fiksi Keren Koe Lainnya:

Ditulis oleh my words pada tanggal Jumat, 07 Februari 2014