Seorang pangeran muda duduk termangu di sebuah batu tepian telaga Hutan Kahuripan di belakang kerajaan Bumitala. Pangeran Arya namanya. Dia sering disana. Bobot badannya turun karena tak berselera makan. Pangeran Arya buta matanya. Dia menderita kebutaan sejak dilahirkan 17 tahun lalu.
Selama ini dia hanya bisa melihat dunia yang sama, gelap. Dia amat ingin bisa melihat. Melihat kumpulan bunga bermekaran seperti yang diceritakan kupu-kupu. Melihat indahnya air terjun di tengah hutan seperti yang dibilang burung kutilang. Melihat terbitnya matahari seperti yang dikisahkan ayam jago. Serta melihat megahnya bulan purnama seperti diceritakan kunang-kunang.
“Pangeran, jangan bersedih. Ini hamba bawain pisang, makanlah,” sebuah suara mengagetkannya. Suara dari binatang kesayangan sekaligus sahabat setianya si Mobu, seekor monyet berbulu kelabu.
Arya hanya melihat sekilas sahabat karibnya itu. Lalu kembali menatap telaga, meski hanya gelap yang terlihat. Dia tak berselera menerima pisang dan bahkan seakan tak memperdulikan kehadiran sahabat itu.
“Pangeran, hamba ada kabar baik. Kabar agar Pangeran bisa melihat indahnya dunia,” kata Mobu. Pangeran Arya sontak menoleh ke Mobu.
“Hah, serius, gimana caranya. Cepat katakan Mobu!” kata Arya setengah teriak tak sabaran.
“Iyaaa, Pangeran. Ada yang tau caranya, namanya Mak Sujana. Dia tinggal di Bukit Acala sehari perjalanan dari sini,” kata Mobu lagi.
“Baik, ayoo kita berangkat kesana,” sahut Arya semangat. Karena tak bisa melihat, Arya minta Mobu menjadi pemandu jalan selama menempuh perjalanan panjang. Ia juga membawa tiga orang pengawal pribadi kerajaan. Pangeran Arya menunggang kuda yang dikendalikan Mobu.
*
Bukit Acala indah dengan pohon beraneka ragam. Hutan pepohonan mengelilingi bukit itu. Sebuah pondok kayu berada di salah satu lerengnya. Pondok tempat Mak Sujana tinggal. Mak Sujana dikenal sebagai orang pintar dan berilmu, mampu melihat masa lalu dan masa depan serta ilmu ramal meramal. Pangeran Arya tiba di pondok dan bertemu Mak Sujana. Lalu dia menyampaikan maksud kedatangannya.
“Baik saya paham maksud kalian. Saya akan bantu ‘menerawang’ untuk dapat memperoleh kemampuan melihatmu, Pangeran,” kata Mak Sujana kepada Arya yang bersimpuh di depannya.
Sejenak Mak Sujana mengeluarkan bola ajaibnya. Matanya tertutup, mulutnya berkomat kamit membaca mantra. Tangannya bergerak-gerak melingkar membuat suatu pola. “Beuuh…hush…hussshhh,” mulutnya mengeluarkan suara. Tak lama kemudian, dia membuka mata.
“Nah saya tahu caranya. Pangeran mesti pergi mencari Pusaka Lentera di Gua Sasmaka. Tapi untuk masuk kesana kalian harus memiliki Pusaka Hati yang berwarna Biru, Putih dan Kuning,” kata Mak Sujana.
“Dimana saya bisa mencari Pusaka Hati itu Mak,” Tanya Pangeran.
“Pusaka Hati itu ada di Gunung Sejati, Hutan Kusala dan Danau Dharaka. Hati-hati medannya berat untuk mencapainya,” kata Mak Sujana.
“Baik, terima kasih Mak, kami akan kesana,” sahut Pangeran.
*
Mencapai tempat Gunung Sejati berada sungguh berat. Tantangan alam dan cuaca panas serta hujan silih berganti, namun tak menyurutkan langkah Pangeran Arya. Keinginan teguh, dan pantang menyerah untuk dapat melihat dunia memberikan kekuatan luar biasa dalam menempuh segala rintangan. Setelah dua malam sampailah mereka di kaki gunung itu.
“Kita harus mendaki puncaknya,” kata Arya.
Mobu yang memandu jalan melihat ke atas, medan bebatuan dengan kemiringan tajam. Sangat berbahaya. Mobu pesimis Pangerannya yang buta itu bisa melaluinya. Tapi melihat semangatnya yang tinggi dan pantang menyerah, perjalanan pantang dihentikan. Berdua mereka merangkak, memutar jalan hingga mencapai separuhnya. Mereka beristirahat di sebuah dataran berbatu yang cukup besar yang ternyata menjadi rumah keluarga kambing gunung. Para kambing gunung ketakutan melihat Ksatria berpakaian kerajaan ada di tempat mereka. Mereka kalang kabut berusaha kabur takut menjadi binatang buruan, seperti biasanya. Melihat itu Mobu memberitahu Pangeran, bahwa ada kawanan kambing gunung di tempat itu yang ketakutan melihat dia.
“Kawan-kawan jangan takut, saya Arya dari Kerajaan Bumitala, tapi saya tidak akan mengganggu kalian. Saya hanya numpang lewat untuk mencapai puncak gunung ini,” kata Pangeran dengan ramah, sopan dan santun.
Seekor kambing berjalan mendekati Pangeran, dia senang mendengar tutur kata Arya yang rendah hati dan tak sombong. Biasanya satria yang ditemuinya suka sewenang-wenang terhadap binatang demi kesenangan mereka. Pangeran itu sopan dan rendah hati, pikirnya.
“Benarkah kamu tidak memburu kami? Jika benar kami akan menunjukkan jalan ke puncak. Hanya manusia yang rendah hati yang bisa mencapai puncak sana,” kata kambing gunung.
Maka mereka melanjutkan perjalanan dipandu kambing gunung itu hingga ke puncak. Sampai di puncak Mobu memberitahu ada sinar kebiru-biruan dari sebuah bongkahan warna biru. Ternyata bongkahan itu berbentuk Hati. Pusaka Hati berwarna biru.
“Pusaka Sejati inilah yang kucari,” gumam Pangeran Arya.
*
Turun dari Gunung Sejati, mereka sampai ke Hutan Kusala. Kusala mempunyai arti Baik. Hutan itu cukup lebat. Dihuni bermacam-macam binatang. Arya dan Mobu berjalan memasuki kawasan hutan itu, mereka mencari Pohon Kebaikan yang ada di dalam hutan. Saat perjalanan mereka bertemu dengan seekor rusa yang terjerat perangkap pemburu. Arya pun membantu melepaskannya. Tak lama berselang seekor harimau juga terjerat perangkap, merekapun menolongnya. Tak jauh dari situ pula seorang nenek nampak tergolek lemah, dia kehausan.
“Nek, ini air minum saya, segeralah minum nek,” kata Arya.
“Kamu mau kemana Nak?” Tanya nenek itu setelah selesai minum.
“Kami mau mencari Pusaha Hati yang ada di pohon kebaikan Nek, tahukah nenek tempatnya?” Tanya Arya. Nenek itu memberitahu letak pohon kebaikan.
“Hanya manusia yang berhati Baik yang dapat mencapai pohon itu,” tutur Nenek.
Tak lama Arya dan Mobu berhasil menemukan pohon itu. Arya memanjat pohon besar itu dengan menggendong Mobu sebagai pengganti ‘matanya’ hingga ke puncak dimana Pusaka Hati itu tersimpan. Hati Arya yang Baik, suka menolong menjadi tenaga yang membantunya mencapai puncak pohon. Dia berhasil menemukan Pusaka Hati yang berwarna putih di puncak pohon. Pusaka Baik. Tinggal satu lagi Pusaka berwarna kuning di Danau Dharaka.
*
Mereka tiba di Danau Dharaka yang unik. Airnya berwarna kekuningan saat diterpa redup sinar rembulan malam. Mereka tiba di danau itu tepat tengah malam. Dharaka sendiri berarti Sabar, Danau Kesabaran. Arya bertanya pada Kunang-kunang yang tinggal di sekitar danau itu, dimanakah Pusaka Hati tersimpan.
“Pusaka itu ada di dasar danau Pangeran, letaknya persis di tengah-tengah. Hanya makhluk yang berhati Sabar yang bisa menyelam ke dalamnya,” kata Kunang-kunang itu.
Arya mengerti dan dia berniat membuat rakit untuk sarana ke tengah danau. Penuh kesabaran dengan dibantu Mobu dan pengawalnya, dia mempersiapkan rakit itu berhari-hari karena keterbatasan peralatan. Kesabaran dan kerja keras Arya berbuah keberhasilan membuat rakit bambu. Lalu Mobu mendayung rakit ke tengah danau, pengawal menunggu di tepian.
Sampai di tengah, Arya tanpa ragu menyelam ke dalam air bersama Mobu di punggungnya. Anehnya di dalam air keduanya bisa bernafas dengan lancar, seperti halnya di darat. Perlahan namun pasti Arya menuju dasar. Sebuah sinar kekuningan terlihat oleh Mobu. Dia memandu Arya menuju sumber sinar. Benar saja sinar itu berasal dari bongkahan berbentuk hati. Pusaka Sabar.
“Inilah Pusaka Hati ketiga itu,” gumam Arya.
*
Pusaka Hati ketiga-tiganya sudah ditangan. Saatnya menuju Gua Sasmaka tempat Lentera Hati berada. Nama Sasmaka berarti cahaya atau sinar. Gua itu berada di perbukitan batu karst. Arya dan Mobu berhasil sampai di pintu gua.
“Wah guanya gelap sekali,” kata Mobu.
Pangeran Arya mengeluarkan Pusaka Hati yang berkilauan sinar itu. Sesaat kemudian ruangan menjadi terang benderang oleh sinar dari ketiga Pusaka Hati itu. Mereka berjalan memasuki gua. Semakin ke dalam semakin luas ruangannya. Penuh stalagtit dan stalagmit. Hingga mereka tiba di sebuah ruangan besar dengan kolam kecil di tengahnya. Ada tiga buah batu membentuk segitiga di pinggir kolam itu. Arya dan Mobu kebingungan apa yang akan dilakukan. Tiba-tiba ada sebuah suara menggema berkata nyaring.
“Pangeran Arya, selamat kamu sudah berhasil sampai ke gua ini. Kamu ingin menemukan Lentera Hati bukan? Letakkan Pusaka Hati itu masing-masing di atas ketiga batu di pinggir kolam itu,” Kata sumber suara itu.
Arya mengikuti petunjuk suara itu. Dia menaruh masing-masing Pusaka Hati ke atas tiga batu itu. Tak lama kemudian air di tengah kolam bergolak. Perlahan-lahan sinar putih berkilauan menembus permukaan air dari tengah kolam. Berbarengan dengan itu muncul sesuatu benda putih, indah sekali. Sebuah bunga Lotus! Bunga Lotus adalah bunga dewa lambang kesucian.
“Bunga Lotus inilah Lentera Hati. Ambilah dan bawalah pulang ke kerajaan sebagai lambang kecerahan dan cahaya yang menaungi seluruh kerajaan. Tiga Pusaka, yakni Pusaka Sejati, Baik dan Sabar adalah cahaya kehidupan alam semesta. Pangeran telah memiliki ‘Lentera Hati’ yang menerangi hati Pangeran dan dirasakan seluruh makhluk sekitarnya. Itulah penglihatan yang sebenarnya. Pangeran sesungguhnya tidaklah buta,” kata suara itu.
Pangeran Arya tersadar, bahwa indahnya dunia bukanlah dilihat dari mata fisik namun keindahan sejati terpancar dari mata hati penuh kebajikan Sejati Baik Sabar. Sesungguhnya itu dimiliki setiap manusia, tergantung disadari atau tidak. Hati yang selalu diterangi cahaya lentera kebajikan akan menuntun pada perilaku kebaikan. Berbuat baik terhadap segenap makhluk hidup di alam semesta. Manusia seyogyanya menyadari untuk selalu berbuat baik, agar cahaya dalam hatinya menuntunnya ke dalam surga kelak.
Salam mendongeng.
Sumber foto: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200884883945910&set=a.1193333955040.2027800.1279146049&type=1&theater
Belum ada tanggapan untuk "Pangeran Buta Memburu Lentera"
Posting Komentar