***
badai prahara menyapu denyut nadi kota
datang dan pergi pongah tanpa senyum sisa
acuhkan tibanya sang waktu di tepian masa
atas perilaku larut di celah kaki kaki malam durjana
merajuk di bayang rembulan penyaksi purnama
panas kepulan buih dahaga botol laknat
diantara remang kerjab lampu lampu maksiat
tulus tlah mati dipenggal pedang khianat
leburkan rasa baik dan buruk atas pembeda sekat
baik itu terenggut misteri
buruk itu di relung pori pori
bercumbu pada penguasa malam pagi
menghias dunia rembulan penyaksi
pada diri
sang mahkota ratu malam hari
sementara esok tak pernah berikan baik janji
harap dan berharap tak henti kidung bernyanyi
bersama satu kata harap hati
yang tak lesap di sanubari
kapan mahkota itu tertanggalkan nanti?
marah pada siapa?
air mata tangis untuk siapa?
tiada akhir
tiada awal
hanya ada disini dan sekarang
manakala cahaya di hati lapang
akan ada jalan pulang
meruyak kabut penghalang
di pintu tobat cahaya menjelang
***
Jakarta - 18 Mei 204
@rahabganendra
Belum ada tanggapan untuk "Ratu Malam"
Posting Komentar