riak riak peradaban bergelinjang dalam putaran waktu
paras senang dan sedih berganti menyeka dalam deru laju
berpadu dalam tangkup rangkaian unsur segala penjuru
buah dari semesta yang bergulir perjalanan kembali menuju
airmata yang merebak dalam sela jari jemari alam penciptaan
adalah kuasa kasih yang dikehendakan untuk pembelajaran
pada jiwa, pada hati yang bergumul akan ragam cobaan
beriring laju menyapu datangkan berlaksa rasa penderitaan
lahar yang tertumpah pada puncak puncak penggapai mega
mengalir hadirkan nestapa pupuskan harapan insan asa
akan tanamkan raga kasih pada nisan nisan bianglala
hingga jiwa mengerti akan nyata diantara fatamorgana
bukan semu belaka yang ada
teguh lurus diantara sesat berhala
berbaik rasa karsa senantiasa
kerana baik dan buruk ada
adalah pengaturaNya
mengerti dan sadari pada kelas kelas kehidupan uji coba
dan belajar sabar pada bulan sabit yang merangkak beranjak purnama
pun pada keteguhan air setiti menerobos celah jalan lajunya
atau berguru pada matahari yang hangat menghidupi dunia
hingga semua adalah terang cahaya pada waktunya
belajar percaya apa yang terjadi pada penciptaan
antara hitam putih dalam dimensi peradaban
antara tenang menghanyutkan
ataukah badai topan meluluhlantakkan
kerana andaikan ada keheningan
biarkanlah dia mengembang, hingga akan muncul geliat kehidupan
dan andaikan ada badai goncangan
biarkanlah dia mengaum, hingga akan menemukan ketenangan
kiranya ini sebaik baik syukur pada penciptaan
*
Jakarta - 22 Januari 2014
Ganedra
Belum ada tanggapan untuk "Syukur dalam Badai"
Posting Komentar