*
ternyata oh ternyata
makna penguasa berbeda beda
pemangku negeri itu tak semua sama visi misinya
duduk di kursi atau blusukan sebagai etos kerja
bersusah payah tak semuanya mau dan suka
ternyata oh ternyata
kepentingan sendiri, partai dan pribadi menjadi mental disuka
kesempatan mendulang massa dan menumpuk harta
peduli apa wewenang dan tugas tersemat di sumpah kepala
karena semua ditimbang rugi dan laba
pemimpin memang enak dan tak enak tuk dimiliki
tak semua mau berkinerja sebagai pelayan negeri
tak semua setuju bersusah payah untuk rakyat terwakili
tak semua mau menggunakan hati nurani
karena tak semua mau kehilangan tumpukan materi
saat masalah mendera semua tak ikhlas koordinasi
macet, banjir, preman, sosial kemanusiaan mesti diselesaikan sendiri
saling tuding, saling lempar sana sini
hanya satu muara di pundak kurus Jokowi
sang banteng Gubernur DKI yang bernyali
Jokowi kecut asam dalam senyuman
kala menjadi kambing hitam kesalahan
penanggungjawab banjir dan macet di ibukota tudingan
jadi sansak yang dipukuli kiri dan kanan
oleh politisi berhati musang berbulu serigala macan
bahkan dari sang raja yang tak pikirkan nasib rakyat memprihatinkan
yang sibuk persiapkan terompet lengser ditiupkan
tanpa peduli tangis, sedu sedan anak anak yang tersapu banjir tahunan
yang dimurkai gunung sinabung cemas ketakutan
yang pedih hati kala bandang menyapu Manado tanah kelahiran
Pak Gubernur tak usah pusing dan resah dituding menganggur
kami tahu mana mulia niat dan mana jahat tuk dikubur
kami terharu mendengar bapak dan ibu tak bisa tidur
bukan karena pusing ciptakan lagu atau buku untuk kenangan leluhur
atau karena main twiter dan instagram hingga dilembur
tapi karena rasa kepedihan rintihan pengungsi yang tersungkur
pada Ibu yang getir kehilangan periuk nasi untuk menanak bubur
Pak Jokowi
siapa suruh jadi gubernur DKI
yang hanya dicaci maki lawan politisi
oleh ruhut hingga amien dibalik corong ambisi
yang dikucilkan pejabat bermental korupsi
sudah turun saja, turun saja dari kursi
bapak tak pantas pimpin ibukota negeri
Pak Jokowi
kursi DKI terlalu kecil tuk anda duduki
Bapak hanya layak duduk di puncak singgasana negeri
pada pilihan presiden Juli 2014 nanti
ini bukan instruksi
atau omong kosong yang tak berarti
ini adalah perintah sang Tuhan negeri
segenap rakyat yang punya aspirasi
tahun ini !!
atau tidak sama sekali!!
*
Jakarta - 21 Januari 2014
Ganendra
‘mewakili kegeraman’
Belum ada tanggapan untuk "Jokowi Tak Berkutik"
Posting Komentar