Senang bertemu salah seorang sahabat. Nongkrong di warung Lamongan pinggir jalan, namun nyaman terasa dengan ocehan ngalor ngidulnya.
Cerita sana sini, dari isu aktual bak politisi sampai curhat galau bak pemuda frustasi. Sedih tertawa tanpa pembatas. Renyah dan gurih dan kemranyas, segurih tempe gorengnya Mbok Siti kala dikolaborasikan dengan panas soto ayam kampungnya. Enjoy betul.
Hingga kemudian dia melontarkan pertanyaan. ‘Bos, gimana menurutmu kalau berada di posisi dalam tim sesuatu proyek, kamu berpikiran timmu tak solid, dari semua sisi? Maju atau tidak? Benahi lalu maju? Mencoba dan berjuang? Mundur teratur? Atau kabur?
Aku terdiam sejenak. Terdiam mencoba memahami esensi pertanyaannya. Terdiam mengamati ekspresi wajahnya. Terdiam menebak-nebak, “Ada apa denganmu Kawan?”
Lalu saya menjawab pendek, “Buat saya, melakukan sesuatu utamanya harus berpikiran lurus.”
Maksud saya, pikiran lurus adalah berpikir dengan komponen-komponen positif dan berenergi untuk membasmi segala gangguan terhadap pikiran jernih dan baik kita. Pikiran yang bertempur untuk meluluhlantakkan substansi dan energi negatif yang muncul mengganggu dalam pikiran kita. Peluang hasilnya semestinya berbanding lurus yakni sebuah ide, gagasan, konsep, solusi yang komprehensif tentang sesuatu, permasalahan sesuatu. Berpikir lurus berperan ‘memetakan’ masalah dengan kacamata jernih.
Jika pikiran lurus ditumbuhkan, maka babak selanjutnya adalah mendorong muncul tekad kuat tak tergoyahkan untuk melakukan segala hal. Semakin pikiran lurus terpancar dan meluap, maka semakin gigih untuk mewujudkannya. Mengkonversikan segala sesuatu menjadi hasil yang maksimal. Mengkonkretkan problema menjadi solusi mendekati dan bahkan maksimal tepat.
Demikian pula sebaliknya, apabila pikiran lurus tidak ditumbuhkan, yang terbangun adalah substansi negatif yang mengejawantah dalam medan negatif. Lalu ‘kekuatan’ apa yang akan digunakan untuk mendorong terciptanya pikiran jernih? Kekuatan apa yang meredam dan memusnahkan segala gangguan pikiran buruk?
“Jadi bukankah lebih baik kenali esensi tim dengan tepat, jika diketahui kelemahannya, perbaiki semaksimal mungkin, jika tak bisa perbaiki, cari yang menguasai. Pikiran lurus semestinya terukur dan bisa mengukur, seberapa kekuatan dan kemampuan diri dan tim dengan benar,” kataku.
Sahabatku itu gantian terdiam. Entah berusaha memahami jawabanku yang mungkin tak cukup menjawab pertanyaannya ataukah celotehanku bikin dirinya pusing kepala.
Salam Sederhana dari Asal.
Fiksi Keren Koe Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pikiran Lurus adalah Energi Dahsyat"
Posting Komentar