Malam ini, saya terbatuk-batuk tanpa henti. Dibarengi dengan panas dingin ‘meriang’. Pertanyaan saya bukan tadi habis makan apa, tapi saya habis bikin kesalahan apa?
Hingga dosanya aku harus bayar dengan penyakit yang kuderita ini. Lalu apa obatnya?
Penyakit datang ada sebab akibatnya. Berkah datang juga ada sebab akibatnya. Kala kita berbuat kebaikan dalam hal apapun di kehidupan sehari-hari tentu akan mendapat ‘imbalan’ entah dalam bentuk apa. Keberuntungan apa. Dan entah kapan akan ‘dibayarkan.’ Menumpuk kebaikan (substansi putih), seperti membantu orang lain, menolong menyeberang jalan, membantu kesusahan saat terjadi bencana, ataupun berperilaku hal-hal kecil yang menyenangkan, membahagiakan orang lain.
Akumulasinya akan menjadi keberkahan bagi diri kita sendiri. Substansi putih yang terkumpul itu akan ditransformasikan dalam bentuk hal-hal positif. Bisa jadi dikaruniai badan sehat, tubuh yang prima, rejeki lancar, ataupun kehidupan kita yang meningkat makin baik dari hari ke hari. Dikatakan sunstansi putih yang senantiasa ada dalam hati kita, akan membawa hati membumbung laksana ‘Dewa,’ dengan kehidupannya di dimensi lebih tinggi.
Bagaikan botol plastik berisi lumpur, lalu ditaruh dalam bak air, botol itu akan tenggelam karena ‘berat’ kotoran lumpur di dalamnya. Apabila lumpur itu dikeluarkan, sedikit demi sedikit maka botol plastik itu lambat laun akan mengapung. Membumbung ke permukaan. Begitupun hati yang bebas dari noda ‘lumpur’ akan meningkat, membumbung semakin murni.
Pun sebaliknya, perilaku buruk, seperti menyakiti perasaan orang lain, mencaci maki, menghina, merendahkan dengan berkata kasar, kesombongan, iri, dengki akan bertransformasi menjadi substansi hitam. Substansi buruk yang akan membawa kemalangan, kesialan, maupun pembayaran bentuk penderitaan lainnya.
Namun penderitaan sendiri sebagai proses pembayaran dosa, kesalahan adalah baik, tatkala kita bisa menjalaninya dengan baik. Tahan dalam penderitaan tanpa melakukan hal yang lebih buruk. Seperti seorang miskin, tetap jujur dalam kekurangan tanpa tergiur melakukan hal kejahatan, mencuri, mencopet dan hal kriminal lainnya. Lambat laun perilakunya itu akan memperoleh berkah kebaikan. Bernilai positif bagi kehidupan sekarang atau nanti. Semakin banyak menderita ‘berproses’ pembayaran, maka substansi putih akan terkumpul yang menjadi kebaikan hatinya sendiri.
Jika demikian bukankah penyakit yang datang sebagai pembayaran dosa itu akan membuat hati diasah, dibersihkan untuk menjadi murni? Murni seperti saat pertama kali kita datang ke dunia fana penuh limbah ini?
Jadi tetap berbahagialah meski dalam kondisi menderita atau sedang berpenyakit.
Salam Sederhana dari Asal
Fiksi Keren Koe Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Penyakit adalah Proses Pemurnian Hati"
Posting Komentar