***
reda-redalah hujan serapah bertikai
jinak-jinaklah hembusan sajak kata badai
padam-padamlah bara api hati berabu dalam damai
sejuk-sejukan hawa di labuhan samudera senja nan landai
redamkan nafsu-nafsu yang gelisah
yang lama mengakar dalam kesal gundah
mencoreng bait-bait kata manusiawi dan terbelah
terlalu sayangkah menguburnya dalam peti belas kasih nan indah?
mungkin waktu kemarin adalah warna-warni persinggahan
meriap menjadi kenangan yang layak laun terbenamkan
lalu pejamkan mata pada purba kelabu waktu
dan ikhlaskan dia tiris dalam laju peradaban yang berlalu
sadarkan - biarlah mimpi berjuta para penidur
membayang di hamparan langit nuansa yang tak lagi kabur
menjelma nyata dalam hanggar-hanggar indah puisi
laksana hangat fajar yang tak lelah terbit di pelupuk pagi
jadikan awal terang bagi airmata yang pernah menggenang
dan yang tersisa akan terbenam menjadi madu manis untuk dikenang
*
reda-redalah hujan serapah bertikai
jinak-jinaklah hembusan sajak kata badai
padam-padamlah bara api hati berabu dalam damai
sejuk-sejukan hawa di labuhan samudera senja nan landai
***
Jakarta - 19 Februari 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar
Ilustrasi
Belum ada tanggapan untuk "Terbenam 4"
Posting Komentar