***
kaki-kakiku bernanah
terseok mengukur jalan becek basah
dibawah badai kata kalimat serapah
dan hujatan sajak-sajak sampah
tapi sayang - aku tak menyerah berharap pasrah
sayang - sekujur poriku menggigil
meski tidaklah sedang bugil
namun bukan dingin - sayang
atau memendam sejuta rasa kerinduan
aku sedang meriang
gigi gemeletuk meradang rasa sebal
geram atas fragmen begundal mafia abal-abal
tanganku meregang
roma-roma bergidik berdiri tegang
bersimbah peluh beraroma getir
namun bukan lagi rasa khawatir
sayang - aku ingin menampar
mulut oportunis politisi yang terbahak bikin gusar
sayang - badanku meriang
panas dingin tak berkesudahan
dirajam dera airmata kesedihan
atas panggung negeri berlakon ajang pertikaian
namun tanah merdeka ini tak malang - sayang
hanya cukup satu seduhan
cinta dan kasih sayang hangat dikandung badan
sayang - mereka jalang
tertawa diatas derita kesusahan
lupakah ari-ari kehidupan tertanam di tanah nenek moyang
dan nafas menghirup hawa tempat berpulang
namun tenang - sayang
karma akan membenamkan noda-noda hitam yang berkalang
karena Langit tak pernah meriang
***
Jakarta - 17 Februari 2015
@rahabganendra
Belum ada tanggapan untuk "Langit Tak Pernah Meriang"
Posting Komentar