***
detik bergulir waktu
mendekat ajang demokrasi pintu
bergeliat gerah nafas nafas tangan pemburu
yang bermimpikan impian setiap malam di peraduan biru
pada petarung kursi kursi parlemen gedung kura kura senayan itu
pada para pemilih sang tuan pemilik suara penentu
ajang demokrasi 9 april mendatang itu
ada yang termangu
ada yang bernafsu memburu
ada yang masa bodoh tak mau tahu
ada yang meracau sumpah serapah berbau
ada yang tenang setenang air telaga biru
ada yang stroke kerana kepala batu
ada yang gemas tak menentu
segala macam rupa itu
lalu kamu dan aku?
apa impian untuk calon wakil wakilmu?
tak perlu impian muluk muluk yang menggebu
yang terkadang malah bikin nasib terpuruk kian kelabu
cukuplah sosok pribadi mulia tanpa janji provokasi berbau
bekerja santun sebagai penyambung lidah rakyat yang perih kelu
penyalur kepedihan pilu segenap warga warga tak mampu
di setiap pelosok dapil perwakilanmu itu
untuk calon wakilku
paling tidak kursi yang kau duduki itu
hasil perjuangan jujur dan adil tanpa tipu tipu
kursi amanah dengan sumpah kitab suci buku
hormati dengan segenap hatimu
untuk calon wakilku
tampung aspirasi rakyat pemilihmu
jelmakan dalam program program bermutu
tapi bukan untuk kesempatan main proyek melulu
yang hanya besarkan lemak perut gendutmu
diatas busung lapar para pemilihmu
sanggupkah kamu berantas korupsi?
tak gunakan dana untuk coba bermain api
tilep sana tilep sini bermain petak umpet sembunyi
kongkalikong main mata dengan jajaran oknum birokrasi
itu karma dosa yang merugikan untukmu sendiri
nama terpuruk hujatan takkan habis berhenti
hingga masa periodemu berakhir nanti
untuk calon wakil parlemen negara
jaga kedamaian antar suku, ras, agama para saudara
beri teladan berkomunikasi berbelas kasih rasa
bekerjasama sinergi atas dasar satu sebangsa
bukan acara gebrak gebrakan meja
ala jagoan koboy berpistol senjata
atau malah tidur saat rapat tiba
calon wakilku
itu sekedar impian para pemilihmu
yang sudah kebal akan bebal nurani wakil wakil dulu
dan yang telah bosan akan mimpi mimpi rembulan bergincu
itu suara kami pemilik suara Tuhan di negeri pertiwi ibu
yang takkan pasrah pada nasib berkalang debu
dan masih bermimpi perubahan kelak itu
yang teriang di kepala setiap waktu
apakah kamu dengarkan itu?
***
jelang Pileg 9 April 2014
selamat menentukan pilihan
selamat menggunakan hak-hak Kita
apapun pilihannya adalah demi kepentingan bersama
Jakarta - 7 April 2014
Ganendra
Belum ada tanggapan untuk " Memburu Demokrasi Hati Nurani"
Posting Komentar