pemuda lusuh menggiring asa
gembalakan harapan menyisir belantara ibukota
tiada bekal terbawa sekedar impian dan indah nyanyian surga
yang menggoda hati bak perawan muda di desanya
yang terenggut tekad terbuai jargon harta
akan ego harga diri semata
pada kota metropolitan yang menua
diantara bunga jalanan yang terhimpit keangkuhan manusia
atas rayuan yang melenakan insan pendek pikir dan rasa
berangan merengkuh langit mentari wibawa
dan merindukan hangat rembulan jelita
berselimut hiruk pikuk ibukota
mana … dimana
janji yang ditaburkan dulu masa
dunia gemerlap indah dengan segala ada
yang lebih manis daripada lumpur di sawah desa
yang lebih indah dibanding hutan menggembala rajakaya
yang menjanjikan timbang melarung ikan di samudera
ternyata … semua fatamorgana
impian dirampok angan mimpi berjuta
harga diri dibarter palsu materi rasa
tepiskan segenap turunan moral tatakrama
tergerus kejam intrik kehidupan yang mendera
oleh pergulatan rasa nafsu dunia
merundung mengais asa
mengorek masa depan di ujung waktu masa
masihkah tertinggal onggokan cita cita?
adakah harapan itu terselip di awan mega?
untuk dia, untuk kita
kaum urban di ibukota
****
Jakarta - 5 Januari 2014
Ganendra
Belum ada tanggapan untuk "Nafas Urban"
Posting Komentar