Mak …
rumah kita abis dibulldozer rata
tanah tempat tinggal kita tlah dikeruk sirna
excavator menyapu semua tak bersisa
dimana kerabat dan para tetangga
semua buyar tak tau kemana
gimana nasib kita?
Mak …
aku takkan meratap tangis mengguguk
mungkin kita salah tinggal di bantaran Pluit waduk
atau benar tanah itu bukan untuk pemukiman penduduk
dan mungkin lebih indah air waduk dihiasi biduk
bukan bukit sampah dikais pemulung mengaduk-aduk
menebar aroma busuk yang bikin kepayang mabuk
Mak …
biarlah semua berlalu
tinggalkan rumah lama penyimpan pilu
kais rejeki terus berjibaku
ada rusun tersedia tuk rumah yang baru
Pak Gubernur lakukan itu pasti untuk sesuatu yang bermutu
Mak …
ada tanah lapang di sebelah pemukiman
dibangun pak gubernur untuk bersantai nan nyaman
sekarang aku bisa main bebas dan aman
main layangan dan bola sepuasnya di halaman taman
tak cemas diserempet lalu lalang kendaraan di jalanan
Mak …
senang sekali aku main bola
tadi menang, aku bikin gol tiga
kelak pengen masuk timnas garuda
melahap juara dunia La Roja
melumat kesebelasan tango dan samba
mengganyang laskar harimau malaya
Mak …
senang main layangan
merdeka lepas tanpa berat beban
sebebas elang laut muara angke yang berkejaran
menaklukkan gedung pencakar di berarak awan
bergurau riang bersama usapan angin nan menawan
Mak …
pak gubernur kemarin datang serombongan
ramah bersahaja senang bersalaman
orangnya baik penuh senyuman
aku mau jadi gubernur ibukota pilihan
dicintai dan disayang warga kebanyakan
mimpi jadi orang besar tak berdosa khan?
*Pluit 26 August 2013
Belum ada tanggapan untuk "Curahan Hati Bocah yang Tergusur"
Posting Komentar