***
lama sudah
waktu tak terhitung menapaki harapan
dan aku menepiskan badai kecil di lereng hampa
jalan kecil itu
terjal dan berliku
yang dulu terlewati mengantarkan rencana impian
bertanda mata kita
seperti yang tertoreh nama di tubuh telanjang akasia
dulu
tunas tunas kasih tulus tersenyum mengembang
menari diantara bunga bunga yang bersemi
tegar bak cemara menusuk kulit awan pagi
dan mereguk suka di sekujur hari
lepas murni bagai aliran sungai gangga suci
lalu
kita berjalan basah diantara gemericik dewi hujan yang bergembira
tiada peduli mentari yang menunduk berkabung
pada cahayanya yang mengendap di selongsong awan hitam
dan resah dedauanan yang menanti seberkas sinar fotosintesisnya
kita tetap tertawa
kita tetap bahagia
di lain ketika
kita berteduh pada selimut waktu
dibawah kilasan hangat sang surya dibalik langit kelambu
diantara nyanyian rindang burung pipit sejoli
kita bersama merangkai mimpi
rencana yang terajut hingga hari ini
dan kelak
kita akan berkisah tentang dongeng-dongeng jalan kecil dulu
tentang kasih matahari dan bulan purnama
tentang badai yang luruh ditelan angin tenggara
tentang bunga-bunga yang bersemi
tentang kasih tulus kayu kepada api
pada nafas-nafas kecil jelita
buah perjalanan cinta hati sepanjang masa
***
Jakarta - 4 Februari 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar
Ilustrasi
Belum ada tanggapan untuk "Dongeng Asmara"
Posting Komentar